Karya: Candra Purwanugraha
Malaikat kecilku…
Engkau sempat datang ketika senja mulai terbaca
Sesaat kau ambil udara yang melayang diatas cinta kami yang resah
Basah di tubuhmu memang ingin ku hapus.
Ingin kuseka pula dengan sutra yang telah ibu tenun.
Tahukah kamu, malaikat kecilku…?
Senja itu… aku menangis saat kau terpejam sendirian
Memang tak kudengar tapi detak jantungmu masih kulihat
Kurasakan pula ketika kau bergetar menahan luka.
aku tahu sayang,.. kau berjuang untuk hidup menginjak di bumi.
Berjuang untuk memeluk tubuh kami.
Hasratmu ingin bermain diatas rumput yang hijau.
Menendang bola yang ayah beli untukmu.
Ah… betapa aku mencintaimu sayang.
Senja itu… kau menyerah dan maut telah membawamu.
Menjadikan pertemuan dalam benang yang pendek.
Sangat pendek….
jelasTak mampu untuk ibu tenun kembali
karena maut telah jauh membawa nafasmu hilang.
Dan jarum yang tersisa masih menusuk tubuh kami.
Masih luka di tubuh kami.
Malaikat kecilku
Kau lihat kami diatas langit yang biru.
Ahhh… Aku merindukanmu sayang…
Tahukah kamu, malaikat kecilku…?
Senja itu… aku menangis saat kau terpejam sendirian
Memang tak kudengar tapi detak jantungmu masih kulihat
Kurasakan pula ketika kau bergetar menahan luka.
aku tahu sayang,.. kau berjuang untuk hidup menginjak di bumi.
Berjuang untuk memeluk tubuh kami.
Hasratmu ingin bermain diatas rumput yang hijau.
Menendang bola yang ayah beli untukmu.
Ah… betapa aku mencintaimu sayang.
Senja itu… kau menyerah dan maut telah membawamu.
Menjadikan pertemuan dalam benang yang pendek.
Sangat pendek….
jelasTak mampu untuk ibu tenun kembali
karena maut telah jauh membawa nafasmu hilang.
Dan jarum yang tersisa masih menusuk tubuh kami.
Masih luka di tubuh kami.
Malaikat kecilku
Kau lihat kami diatas langit yang biru.
Ahhh… Aku merindukanmu sayang…